CERITA-CERITA PILIHAN

paypermails.com

6 Responses

  1. Cerita Pilihan :

    GEDEBUK KRESEK

    oleh Mambyz

    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “
    “Gedebhum…kreskkk…” Suara-su “

  2. Cerita Pilihan

    Pasrah

    oleh Retno Fitryani

    Setelah semua pertengkaran dan argumentasi yang kian memanas , akhirnya tak dapat lagi kutahan bulir-bulir air mata. Pertahananku akhirnya jebol juga padahal aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menangis dihadapannya. Ya…laki-laki yang sombong dan egois itu selalu membuat aku menangis tapi anehnya aku tidak pernah berhenti mencintainya walau kadang ingin sekali aku pergi meninggalkannya.Cinta yang aneh.Seperti saat ini laki-laki itu kembali membuatku menangis dan kali ini sungguh membuat hatiku hancur.Poligami, satu kata yang menjadi momok buatku meluncur ringan dari bibirnya dengan segudang argumentasi yang meyakinkan aku bahwa aku pasti akan bahagia, bahwa dia akan berlaku adil dan aku pasti akan cocok dengan perempuan pilihannya.Ya Allah…serasa dunia ini hancur dan gelap. Menagis dan menangis itu lah yang aku lakukan. Berulang kali aku tanyakan apa kekurangan dan kesalahanku sampai dia tega mengambil keputusan seperti itu. Memang tidak ada yang salah dengan poligami dan aku menghargai orang yang melakukannya tapi aku tidak dapat hidup dengan itu, materi mungkin bisa dibagi tapi cinta dan kasih sayang apakah bisa dibagi secara adil. Jika aku tidak ingat anak-anak yang sangat kucintai mungkin aku sudah menjadi gila karena depresi.Berulang kali aku introspeksi diri mungkin semua ini terjadi karena kesalahan ku tapi bukankah tidak ada manusia yang sempurna.Apakah tidak ada kesalahan dan kekurangan yang tidak dapat dimaafkan? Apakah menahan diri dari godaan wanita demi keutuhan keluarga bukanlah sesuatu yang patut dilakukan? Apakah sudah tidak adalagi cinta yang menggebu-gebu seperti dulu waktu pacaran? Apakah semua kekuranganku tidak dapat ditolerir sehingga harus menikahi perempuan lain untuk menutupi kekuranganku? Dan sejuta pertanyaan yang berusaha aku cari jawabannya. Tapi hasilnya hanyalah rasa sesak dan sakit di hatiku.Seperti malam-malam sebelumnya, aku hanya bisa menangis dan mendekatkan diri kepada Allah. Ini adalah ujian terberat yang pernah aku alami dan seperti sifat manusia pada umumnya akan ingat Tuhan jika sedang ditimpa musibah dan masalah.Aku mohon ampun karena selama ini telah lalai dan melupakan Allah.Aku mengadukan semua keluh kesahku dan aku percaya bahwa Allah tidak akan menguji hambanya melampaui kemampuan hambanya.Ku pasrahkan semuanya kepada Allah.Pagi ini aku bangun dengan hati yang lapang.Ku kumpulkan semua sisa-sisa harapan dan kepercayaan diriku.Aku percaya dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.Jika memang jodohku berakhir sampai disini aku coba untuk mengikhlaskannya dan jika Allah menghendaki kami bersatu lagi pasti akan diberi jalannya.Mungkin semua ini hanyalah ujian untukku agar aku menjadi muslim yang lebih baik.Semuanya hanya Allah yang tahu.

  3. Cerita Pilihan

    Mantra Setan

    oleh :Otpic

    Sore itu suasana sangat sepih dan mencekam.
    Di pemakaman umum kramat wangel. Seorang pemuda di samping sebuah makam yang terlihat sudah sangat lama dan nggak terawat.Pemuda itu bernama Rovil. Dengan duduk bersila, ia berkomat kamit dan mengucapkan serangkaian kata berulang2 dan sama.
    Di belakang Rovil. Tiba2 sesosok maklup gaib muncul. Tampangnya begitu menyeramkan, mukanya hancur di penui benjolan. Taringnya penuh kotoran dan baunya busuk. Maklup itu berjalan tergopo2 mendekati Rovil.
    “Hai Rov. Sedang apa kau ngoce sendirian di situ” timpal Ablin temannya yang di tinggalkannya begitu saja di pintu masuk mak
    am.Dan selanjutnya Ablin harus berjuang menyelamatkan diri dari para tawon yang sarang tak sengaja di hajarnya.
    Rovil tersenyum. Giginya terlihat kuning seperti nggak perna makan sikat gigi.
    “Blin kau mau ikutan nyanyi”.
    “Nyanyi, asyik… ! Boleh. Apa judulnya asyik nggak” Ablin bersemangat.
    “Dasar !. Ini mantra bukan nyanyian. Tau ?” sungut Rovil.

    “Lah !. Kau sendiri yang mau mulai. Bilangnya nyanyih gimana si ?”.”Bodoh ?. Sudalah. Pergi saja kau sana” sentaknya.
    Rovil kembali berkomat kamit. Kali ini nadanya berbeda. Suaranya semakin mengeras dan melencing seperti iblis yang mau beranak.
    “Rov apa ini akan berhasil. Mukaku sudah pada gatal semua ini !” kata Ablin yang sebetulnya, ia tak tau apa tujuannya ke tempat ini. “Rov pulang yuk !”.
    Rovil tak merespon. Mantranya terus di kumandangkannya.Tiba tiba.
    “Hi…. ” terdengar suara menyeramkan di telinga Rovil. Tubuhnya merinding, ia pun menghentikan mantranya. Rovil lalu menengok kanan kiri mencari sesosok suara itu. Ia bingung suara itu tak di di ketaui asalnya.
    Sedangkan Ablin kelihatannya tak menghiraukan suara itu. Ablin lebih mengaruk’i mukanya yang gatal.
    Bercelingak celinguk. Rovil yang sejak dari tadi tadi tak memandang wajah Ablin. Rovil pun akirnya memandang wajah sahabatnya itu.
    “Wa… !. Setan !”. Rovil pun menjerit dengan keras dan lalu, ia pun lari menjau ketakutan.
    “Lah ! Kok kabur. Kenapa itu orang” gumannya, ia pun mengikuti Rovil dengan santai.”Ya… Pada kabur semua. Pada hal aku baru datang kesini. hi… sebel deh” kata jin genit yang tertarik pada nyanyihan Rovil.
    “Hai setan. Ngapai kau masih di sini. Pergi kau sana ?” bentak si penjaga makam kramat wangel.
    “Hi pak Disman ada aja de” ujar si jin genit itu. “Da “.
    “H… sukurlah. Hari ini beres. Muda mudahan nggak ada lagi yang berkelakuan kayak itu” pak Disman lega.
    Selesai
    “Permisi. Intruksi pak, pak Disman. Tolong ekor runcingnya bapak di masukin ke dalam sarung dan sekalian itu tanduknya di kopyain. Biar nggak di lihat orang2. Malu pak sebagai setan tobat” pak Disman senang ada yang mengingatkan dan mukanya memang merah.Realita-exsen.blogspot.com
    paypermails.com

  4. Cerita Pilihan

    Surga Tuhan untuk Seorang Ibu

    oleh Poeradisastro

    Lebih tepatnya 2 minggu lalu suatu peristiwa yang tidak akan pernah bisa kulupakan dalam seumur hidupkupun terjadi….. Jarum jam menunjukkan pukul 5 subuh bergerak, bergetar perlahan terdengar…matahari pun masing enggan untuk muncul dari pekat dan dinginnya malam kala itu…. Tapi samar-samar suara gesekan pintu terdengar jelas entah nyata atau dibawah alam sadar ingin kubuka mataku sulit sekali, ngantuk dan malas menyeliputi sekujur tubuh, kedua bola mataku terbuka setengah, aku melihat ibuku berjalan dan membuka pintu hendak keluar Sedikit demi sedikit matakupun kembali merapat, selang beberapa menit suara benda jatuh terdengar keras seolah ada seseorang yg memukulku dgn keras akupun terbangun mencoba mengamati sumber suara itu. Pintu depan rumahku tidak tertutup dengan rapat kakikupun melangkah mendekatinya..kupegang gagang pintu itu ingin coba kututup akan tetapi entah kenapa hatiku pun sedikit berat. Kubuka gorden dan kaca jendela serta kuamati sekitarnya yang masih sangat gelap. Sungguh sangat kaget dengan apa yang aku lihat seolah tidak percaya…??? Aku berlari menghampiri dua sosok wanita di pojok depan rumah. Badankupun semua lemas tak berdaya melihat ibuku terjatuh dan tergeletak di tanah, disebelahnya seorang ibu berhati malaikat memegang kepala ibuku, tak bisa berpikir entah apa yang akan terjadi jika ia tidak ada pada saat itu mungkin kepala ibuku sudah hancur terbentur sudut anak tangga Syukur alhamdulilah ia masih bisa berjalan walaupun kulihat di wajahnya begitu pucat * Sekilas Tentang Ibu Berhati Malaikat Itu * Ia memang cukup disegani dilingkungan sekitar, semua anggota keluarganya sangat baik bahkan menjadi panutan bagi semuanya. Selain berhati malaikat iapun mempunyai semangat yang sangat luar biasa, suaminya mencari nafkah dengan menjual mie ayam sedangkan ibu itu seorang perempuan perkasa penjual gorengan dengan gerobak besar yang setiap harinya ia harus dorong menuju pasar di dekat rumah…dikala orang lain tertidur pulas ia harus menyiapkan dagangannya untuk esok…suara aktifitas itupun setiap hari kudengar karena memang rumah kita bersebelahan… Banyak kesaaman kulihat ia seperti ibuku, rasanya hanya dengan untaian kata-kata saja tidak lah cukup untuk menggambarkan semua hal tentang dirinya Jam berdetak menunjukkan pukul 16.30 itu artinya aku harus bergegas pulang setelah lelah dari seharian bekerja. Ditengah perjalanan pulang bunyi telepon berdering aku mendapat kabar buruk bahwa ibuku kembali sakit semua badan ku rasanya lemas, panik serta tidak bisa berpikir apapun selain terus berdoa agar tuhan jangan mengambil nyawanya sebelum aku tiba dirumah…. Sesampainya dirumah aku melihat ibuku tebaring di tempat tidur kulihat lelah dimata ayahku, kulihat pula kesedihan memancar jelas dimata adikku. Disekitannya kulihat ibu berhati malaikat itu bersama suaminya sedang memijat kaki dan memberikan air putih yang sudah dibacakan lafal ayat suci untuk diminumkan ke ibuku…. Allahu Akbar…Allah Maha Besar ke esokan harinya ibukupun kembali lebih baik. Dua hari sudah sejak kejadian itu tidak pernah kuliat lagi ibu berhati malaikat itu dengan segala aktifitasnya, ditengah keheningan malam tiba-tiba suara tangisan terdengar keras dari arah sebelah rumah, aku terbangun jarum jam terlihat jelas menunjukkan pukul 04.00 subuh setengah malas dan masih mengantuk sambil terus memperhatikan suara tangisan itu, makin lama terdengar keras sampai membuat anggota keluaga ku pun terbangun semua berlari keluar rumah.Sumber suara itu berasal dari rumah ibu berhati malaikat itu, semua anggota keluarganya menangis, ibu itu tergeletak dibawah seolah malaikat kematian berada disekitarnya, tubuh ini merinding aku dan ibuku pun hanya bisa terdiam tak percaya dengan apa yang kita lihat. Untuk pertama kalinya dalam hidup aku melihat Syakaratul Maut sebelum tuhan mengambil nyawanya walaupun samar-samar kulihat bibir ibu itu berusaha mengucapkan dua kalimat syahadat “Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rosuluh” Kedua matanya tertutup, bibirnya pun merapat… sejenak seluruh ruangan itupun pecah dengan suara tangisan, bibirku menggeretak kencang, air mata membasahi wajah, serta mata ku tidak bisa berkedip seolah kulihat ia adalah ibuku sendiri….Ibukupun begitu lemas ia menangis histeris seolah tak percaya dengan apa yang terjadi.tuhan mengambil nyawanya begitu cepat, walaupun orang disekitarnya sendiripun tidak pernah mempunyai firasat sedikitpun karena memang ia manusia yang tidak pernah mengeluh Tidak ada yang tau dengan pasti apa yang akan terjadi nanti mungkin hari ini atau esok kita sudah tidak bisa melihat indahnya matahari bersinar ketika pagi atau mungkin pula tubuh ini sudah terbujur kaku berselimut lembaran kain putih…..!! disetiap detik…menit…jam…hari..bula
    n serta tahun waktu akan berjalan semakin cepat bukan melambat.Yang ada pada saat itu adalah rasa penyesalan mengapa hari ini waktu tidak bisa kita manfaatkan sebaik mungkin Sebab kematian itu akan datang hanya satu kali Didalam sujud dan doa Aku selalu berdoa agar tuhan selalu… Memberikan surga untuk ibu itu…untuk ibuku serta semua ibu di dunia ini. Kematian Hanya Tuhan Yang Maha Mengetahui….. – Rangga Poeradisastra –

  5. Cerita Pilihan

    Cerita Doea Rusa

    oleh Lilik Koerniawan

    Seekor rusa jantan tengah bersemadi di batuan hitam bundar di atas bukit hutan Cintamani. Batuan itu terapit dua pohon besar. Seperti raksasa hitam yang mengapit buah mentimun. Beberapa sulur ranting pohon mengenggam erat bawah batuan. Mencengkeram kuat agar tak terguling. Beberapa undakan anakan tangga membalut dari bawah hingga melangit ke atas. Lumut-lumut tua berserak di sana-sini. Mungkin sudah ratusan tahun mereka bertaaruf di sana. Terlihat sebuah padepokan tua berdiri megah tepat di sebelah kiri batu semadi. Kayu pinus yang membungkus dinding padepokan itu begitu kuat meradang. Seperti penjara tak bertuan. Yah, rusa yang malang. Ia terus dihujan sepi sejak hari pertama kedatangannya di padepokan itu sekitar 2 bulan yang lalu. Ia mendapat titah sang raja. Ia harus menjaga padepokan itu selama waktu yang tak terhingga. Hingga ada satu syarat yang harus ia penuhi agar bisa keluar dari padepokan. Syarat itu adalah si rusa harus membuat seribu kitab peraturan hutan Cintamani. Hem…
    Di pojok pertapaan ia membelah hari-hari sepi. Beberapa tumpukan daun lontar yang terikat dalam beberapa kitab telah ia rampungkan. Bahkan ia hafal isinya.
    “Hai Rusa kini engkau semakin berilmu.” Sendaunya dalam hati. “Lihat! Kitabmu sudah hampir menyesaki almari padepokan.” Rusa hanya menggumam.
    “Bukan ini yang aku mau!!!” Bentaknya dalam sepi.
    Ia tak mau tergeletak mati di padepokan. Karena ia tahu hidup harus ada tawa. Karena canda akan membinasakan sepi. Hidup dalam sendiri adalah hukuman mati dari sang penguasa mayapada. Inikah takdir yang harus ia terima setelah terusir dari tanah kelahirannya. Dan terpisah dari kawanannya. “Crush… .” Si rusa melemparkan tanduknya pada kulit pohon Gaharu. Dan mendengus keras.
    Suatu pagi, si Rusa kembali menekur pada lontarnya. Ia tahu kalau hari-harinya akan kembali sepi. Ia mulai menggaris setiap lempir. Tali-tali kecil direntangkan pada dua paku bambu dengan panyipatan. Lalu dibawahnya ditaruh lempir-lempir lontar. Kemudian dengan kaki depan yang cekatan ia ambil pengropak. Pisau ukir daun lontar. Sang rusa mulai membesut aksara pada lempir-lempir lontar. Detik demi menit hingga berganti jam. Puluhan lontar ia selesaikan diiringi alunan gending hutan yang gemericik. Ditingkahi suara burung yang berkicau benderang. Tetesan embun yang berkelopak jatuh mengekor pada humus di persada belantara. Tak selang berapa waktu si Rusa membakar beberapa biji kemiri sampai mengeluarkan minyak bergeridip. Diusap-usapkan pada lempir dan ukiran aksara itu pun menjadi tajam karena jelaga kemiri. Si Rusa tersenyum kecil.
    Hari itu si Rusa tampak kelelahan. Ia sandarkan raganya pada dinding pinus. Tanduknya yang kuat sesekali menggores dinding pertapaan.
    “Assalamu’laikum sambar –panggilan untuk rusa yang lebih tua, ed–.”
    “Wa’alaikumsalam warrahmatulloh… . Kamu siapa?” tanya si Rusa. Ia menengok pintu masuk padepokan. Dan nampak rusa kecil sedang bersimpuh di depan pintu masuk padepokan.
    “Se saya Bawean. Rusa kecil dari Pulau Bawean.” Rusa kecil itu nampak ketakutan sekali sambil memperkenalkan diri.
    “Hai dari pulau seberang nampaknya.” Tersenyum si Rusa mencoba mencairkan keakraban.
    “Tujuanmu apa datang ke padepokan Cintamani… Bawean”
    “Saya di utus sang Raja Rusa dari Pulau Bawean untuk menuntut ilmu di padepokan ini. Bolehkan saya tinggal dan belajar di sini?” Pinta Bawean.
    Si Rusa berkernyit dan memincingkan mata. Hal itu semakin membuat si Rusa kecil ketakutan dan hampir berlari.
    “Belajar? Kepadaku?” Tanya si rusa keheranan.
    Bawean mengangguk. Ia merasakan ketakutan yang luar biasa melihat sosok rusa jantan di depannya.
    “Bukankah di hutan pulau Bawean juga ada seorang penulis kitab peraturan? Mengapa engkau ingin belajar padaku?”
    “Se saya hanya ditugaskan oleh baginda raja sambar. Mohon ampun jika saya salah. Saya akan mohon diri.” Ujar Bawean.
    “Tunggu!!!” Sergah si Rusa melihat Bawean hendak menikung tubuhnya menuruni tangga padepokan.
    “Baiklah Bawean. Insya Allah. Dengan segenap jiwa aku akan mengajari kamu membuat kitab seperti yang bagindamu titahkan. Tapi ada syaratnya.”
    “E apa?” Tanya Bawean cemas.
    “Kamu harus semangat dalam belajar! Tidak gampang menyerah! Dan terus melakukan continouse improvement dalam apapun! Bagaimana? Apakah terlalu berat syarat yang aku ajukan?” Ujar si Rusa.
    “Tentu tidak sambar… . Apapun ilmu yang sambar akan berikan pada Bawean akan Bawean pahami dan kerjakan. ” Senyum kecil terkembang dari mulut Bawean. –uh nampaknya Bawean ndak sikatan, BAU!!!. –
    Hari-hari pun menderas bahagia. Dua rusa di padepokan Hutan Cintamani itu menjadi sepasang kakak beradik yang akrab. Si Rusa pun tak lagi merasa sendiri. Bersama Bawean ia lumat puluhan dan bahkan ratusan lembaran lontar tiap harinya. Baru beberapa bulan saja mereka telah menghasilkan beratus kitab. Luar biasa.
    Keakraban terjalin. Chemistry antara kakak beradik pun terbangun. Hem…
    Di suatu masa…
    “Lihatlah air di tengah danau itu Bawean! Riak air di tengah danau itu menandakan sebuah ketenangan dan kematangan seorang yang berilmu. Cermati air di sana! Karena harus seperti itulah seorang yang berilmu. Tenang dan matang dalam tindak tanduknya. Sehingga dapat menghasilkan sebuah keputusan yang bermanfaat bagi sesama. Ngayomi. Dan memberikan uswah.” Ujar si rusa kepada Bawean suatu sore di pinggir danau hutan Cintamani.
    “Danau mengajarkan kita sebuah cinta juga, Bawean. Cinta kita pada Tuhan dan Rasulnya. Terhadap Ibu dan Bapak kita, kakak dan adik kita. Saudara-saudara kita. Bahkan pada anak cucu kita. Cinta yang diejawantahkan si danau adalah kesediaan menjadi penampung air dari kali-kali yang menumpahkan air padanya. Kemudian tanpa lelah danau itu mengurai air yang ia tampung menuju sawah-sawah. Ladang-ladang. Tak kenal lelah. Seperti kasih sayang ibu kepada anak-anaknya.” Begitulah petuah cinta dari si Rusa.
    Begitu banyak regukan ilmu yang diajarkan oleh si rusa kepada Bawean pada sore itu. Dan mereka pun pulang ke padepokan dengan bertunggang langgang karena di hujani air dari langit sang penguasa kehidupan, Illahi robbi.
    Waktu berlalu, dua tahunan sudah Bawean meguru arti kehidupan di padepokan bukit hutan Cintamani. Melalui petuah sang rusa. Maupun belajar banyak dari hafalan-hafalan kitab yang tersusun. Susah senang mereka jalani berdua. Kekonyolan dan tingkah yang neko-neko mereka lakoni berdua. Hingga airmata terjatuh pun mereka resapi berdua.
    Hingga tiba suatu saat ketika si Rusa harus menasbihkan diri pada pelaminan suci. Si Bawean kecil pun turut menyertai. Hingga membuncah rasa bahagia dalam derai tawa.
    Hem… benar-benar everlasting story… unforgetable memories behind.
    Dan kini, di penghujung tahun kerbau. Si Kecil Bawean pun purna study sudah. Ia harus kembali ke hutan kelahiran Pulau Bawean.
    Ia akan menerjemahkan ilmunya dengan jari-jari terampilnya. Hendak ia urai ribuan petuah dalam cabaran jengkal ladang-ladang kehidupan baru.
    Hingga jatuh pada pesanku padanya:
    Wahai Bawean… meski kita tak bisa membaca takdir. Tapi kita diberikan kepekaan ‘indera’ untuk membawa takdir itu. Akankah berjaya terbang mengangkasa atau karam tenggelam seperti titanic… naudzubillah.
    Maka terbanglah rusa jantanku. Doaku akan selalu dan selalu berada di setiap langkahmu. Terus ikhtiar, berdoa, dan tawakal terhadap apapun keputusan Tuhan. Karena ketetapan Tuhan seperti apapun pasti itulah yang terbaik bagi kita.
    Tetap tersenyum walau keadaan seperti apa. Face the world with beautiful smiles. So we can conguer it. It is our promises.
    Biar ku tetap di keberadaan sekarang. Karena aku pun telah membuat resolusi di tahun yang baru nanti.
    The last but not least… Kamu bukanlah rusa kecil seperti banyak anggapan, kamu adalah rusa jantan yang harus bisa membuat keputusan yang tepat dan mempertanggungjawabkannya…. For the best future indeed.
    JANGAN CUMA JADI PEMIMPI, TAPI JADILAH SEORANG PEMIMPIN DARI IMPIANMU.
    Jangan takut akan kesengsaraan. Karena kesusahan hidup bukanlah petaka. Tapi madunya kehidupan and we will survive….
    Kita harus melumpuhkan ketakutan kita sendiri karena itu adalah sebagian tanda syukur kita pada Allah SWT. Amiiin….

    paypermails.com

Leave a reply to supardi, S.Pd Cancel reply